Rabu, 14 Mei 2008

Isu SMS Santet

Adanya SMS santet memang menjadi hal yang menggelikan bagi para pengamat IT. Namun jika sebuah teknologi harus mampu menjelaskan peristiwa mistik, maka logikalah yang harus bermain. Sama halnya dengan isu SMS santet ini.
Seorang pengamat telematika Abimanyu Panca Kusuma Wachjoewidajat mencoba menjelaskan melalui sebuah penjelasan teknis mengenai peristiwa yang dianggap mistik ini dalam blognya di Multiply yang bertajuk Sang Awam. Abah, panggilan akrab Abimanyu, memaparkan bahwa secara logika meskipun 'energi' memiliki sifat yang kuat namun 'energi' memiliki keterbatasan dan tidak abadi.
"Sejauh pemicunya telah hilang maka energi itupun akan hilang juga, energi berjalan diatas media, bila media berbelok atau berhenti maka energi yang menumpang pada media tersebut juga berhenti. Selain itu kita juga tahu bahwa suatu energi akan berubah dari satu media ke media lain. Contohnya adalah energi gerak bisa berubah menjadi energi panas, energi panas berubah menjadi cahaya dan lainnya," jelas Abah yang dihubungi Okezone melalui telepon, Rabu (14/5/2008).
Begitu pula dengan energi mahluk halus. Abah meyakinkan bahwa bila benar SMS tersebut dikirim dengan 'tenaga dalam' melalui ponsel dengan bantuan mahluk halus maka pastinya energi tersebut akan tertahan.
"Teknologi komunikasi selular adalah berbasis GSM dan CDMA yang jelas-jelas merupakan suatu teknologi digital yang akan mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital berbasis binary, yang hanya terdiri angka 0 dan 1, untuk mentransmisikan suara yang tertangkap. Saat terjadi konversi ini maka 'energi' (jin) yang mampu 'numpang' di suara tadi, pasti sudah tertahan. Apalagi pada perangkat perantara komunikasi seperti BTS, BSC, MSC hingga SMSC, sinyal digital tidak demikian saja diteruskan, melainkan dipecah-pecah menjadi paket-paket data yang ditransmisikan sesuai teknologi masing-masing," papar Abah.
Menurut Abah, pada teknologi GSM, sinyal atau paket-paket tadi akan dipecah berdasarkan waktu (Time Division Multiple Access, atau TDMA). Sedangkan pada CDMA pemecahan paket-paket tersebut dilakukan berdasarkan kode (Code Division Multiple Access). Lalu dari media satu ke media lain masih banyak terjadi penyaringan (filtering), baik untuk noise blocking atau removal, pengaturan decibel, parity checking dan lainnya. Sampai akhirnya, di penghujung perjalanan, info binary tadi diubah kembali menjadi sinyal Analog (bila asalnya adalah suara), atau binary berubah menjadi byte bila transmisinya adalah digital atau SMS.
"Pada transmisi digital, penerapan parity checking sangat diperlukan. Hal ini sangat penting guna memastikan transmisi yang dilakukan terjadi secara sempurna. Bila 'jin' menumpang pada suara dan bisa dikonversikan menjadi digital, pastinya energi 'jin' ini tidak bisa ditranslasikan oleh perangkat konversi tersebut. Kalau tidak bisa ditranslasikan maka pasti tidak akan ditransmisikan. Dengan demikian tidak mungkin informasi yang biasa (sekedar teks) akan berubah menjadi luar biasa pada perangkat penerima. Apalagi sampai menjadi suatu energi yang sanggup membuat pingsan si penerima," tutur Abah mengakhiri pemaparannya.
Penjelasan ini memang membutuhkan pengetahuan teknis yang tinggi. Bahkan Abah sendiri mulai berkecimpung di dunia telekomunikasi dan IT sejak tahun 1996 dengan bergabung dengan salah satu operator terbesar di Indonesia. Sehingga wajar jika beliau memahami proses perjalanan sebuah komunikasi telepon dan SMS dan tidak mempercayai adanya SMS atau telepon yang mampu membuat penggunanya pingsan hingga meninggal.
Abah tetap yakin bahwa isu SMS santet ini hanya gimmick murni yang dikumandangkan oleh operator-operator telekomunikasi sebagai bentuk persaingan yang semakin ketat.(okezone.com)

Tidak ada komentar: